Saturday, November 29, 2014

Permainan Tradisional Mampu Redam Sifat Hiperaktif Anak

Mahasiswa Program  Studi MID (Manajemen Informasi dan Dokumen) Vokasi Universitas Indonesia mengadakan kegiatan Kampung Main agar anak-anak memiliki mental yang sehat sekaligus mengenal budaya Indonesia sejak dini.

Kegiatan yang dilaksanakan kedua kalinya ini mengajak 150 orang anak warga di halaman Masjid Al-Furqon Kukusan Teknik Depok untuk bermain bersama. 

“Kegiatan ini berlangsung selama lima jam dan melibatkan secara aktif mahasiswa dan masyarakat,” ujar salah satu panitia, Malini, Ahad (30/11).

Pengamat budaya dan komunikasi sosial UI Devie Rahmawati mengapresiasi inisiatif para mahasiswa. Kampung Main, menurutnya, bisa meningkatkan konsentrasi anak dan mencegah mereka dari aksi hiperaktif sebagai salah satu pemicu kekerasan.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang 2013 kasus kekerasan antaranak meningkat sebesar 20% dari tahun sebelumnya. 

“Salah satu penyebabnya karena dipicu oleh tingginya konsumsi anak pada gadget yang menurut banyak ahli mampu meningkatkan agresifitas anak,” cetus Devie. 

‘Anak-anak harus kembali diperkenalkan dengan permainan tradisional yang sarat dengan aktivitas fisik luar ruang sekaligus membangun identitas baru anak Indonesia, sebagai anak yang berbudaya,” urai Devie.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu mendongeng, bermain dengan beberapa permainan tradisional seperti congklak, gobak sodor, kucing dan tikus, ular naga, injit-injit semut, bekel, dan petak jongkok.

Serta mengenalkan budaya Indonesia secara visual melalui tampilan video yang mudah dimengerti oleh khalayak. Khusus untuk permainan tradisional yang akan dimainkan, ujar Malini, beragam filosofi terkandung dalam permainan-permainan tersebut. 

Congklak, misalnya mengajarkan tentang berhitung, melatih kesabaran, dan kecermatan. Gobak Sodor mengedepankan bagaimana bekerja dalam tim untuk meraih satu tujuan.
.
.
.
.
Sumber: ROL

Monday, November 24, 2014

Pemerintah Tetapkan 25 Desember sebagai Hari Guru Nasional

Pemerintah Republik Indonesia menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 yang dikuatkan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Tanggal tersebut juga merupakan hari lahirnya Persatuan Guru Indonesia (PGRI). 

Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Dr Sulistiyo pada sambutannya mengatakan, guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah. 

"Aktualitas fungsi guru sebagai tenaga profesional adalah prasyarat untuk meningkatkan kualitas proses dan luaran pembelajaran," ujar Sulistiyo di Jakarta, Senin (24/11/2014). 

Sebagai tenaga profesional, lanjut Sulistiyo, guru berperan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional itu sendiri adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 

"Kemajuan suatu bangsa tergantung pada besarnya perhatian dan upaya bangsa dalam mendidik generasi muda. Jika anak bangsa memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan bakat dan kecakapannya, mendalami pengetahuan, serta mengembangkan disiplin, watak, kepribadian dan keluhuran budinya, maka bisa dikatakan bangsa tersebut akan memiliki masa depan cerah," ujarnya. 

Senada dengan Sulistiyo, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof Phil. H. Kamarudin Amin, menambahkan bahwa saat ini diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dia mengatakan, pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup, bersifat semesta dan menyeluruh. 

"Maka, keberadaan dan peran guru sangat menentukan keberhasilan mutu sistem dan hasil pendidikan," kata Kamarudin.
.
.
.
.
Sumber: Kompas

Desember depan, Pemerintah Putuskan Kurikulum 2013 Dilanjutkan, Direvisi, atau Dihentikan

Menteri Pendidikan Dasar-Menengah dan Kebudayaan (Mendikdasmenbud) Anies Baswedan menyatakan, keputusan atas hasil evaluasi terhadap Kurikulum 2013 akan dilakukan pada Desember 2014.

"Insya-Allah, bulan depan (Desember) sudah selesai dan ada keputusan, apakah dilanjutkan, dilanjutkan dengan koreksi, atau harus ditunda," kata Anies di sela menghadiri 'Leader for Change Program' BEM Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Minggu (23/11/2014), seperti dikutip Antara.

Anies mengibaratkan kurikulum sebagai hal yang berbeda sama sekali dengan bahan bakar minyak (BBM).

"Kalau BBM itu sekarang diumumkan naik, maka esoknya sudah dapat dilaksanakan secara langsung (harga naik), tapi kalau kurikulum itu bukan seperti BBM. Kalau nanti ditunda, maka kita akan pakai dulu Kurikulum 2006 (KTSP)," katanya.

Namun, kata Anies, pihaknya akan mengambil keputusan secara hati-hati, karena keputusan itu menyangkut jutaan siswa dan ratusan ribu guru.

"Ibaratnya, pelaksanaan Kurikulum 2013 itu terlalu prematur," katanya.

Menurut dia, Kurikulum 2013 itu dalam praktiknya memang diberlakukan pada 6.400 dari 218.000 sekolah. "Implementasi itu sebenarnya untuk bisa mendapatkan masukan, tapi justru langsung dipraktikkan, sehingga ada masalah," katanya.

Ibaratnya, Kurikulum 2013 itu masih prematur, akibat proses pematangan yang belum selesai, tapi pelaksanaan kurikulum itu sudah dipaksakan.

"Karena itu, kami melakukan evaluasi, apakah bisa dilanjutkan, diperbaiki, atau ditunda," katanya.

Dalam evaluasi itu, penggagas Indonesia Mengajar itu membentuk tim evaluasi yang terdiri atas para guru, pakar kurikulum, dan manajemen pendidikan.

"Sekarang, beberapa guru mengeluh dengan Kurikulum 2013 itu, karena bahan ajar belum ada, sistem penilaian yang membutuhkan kesiapan dari guru, dan sebagainya. Kasihan, guru-guru itu memiliki beban ajar, karena di rumah masih harus melakukan penilaian," katanya.

Di hadapan 100 peserta "Leader of Change Program 2014" itu, Anies yang juga mantan Rektor Universitas Paramadina itu menyatakan bahwa dirinya ingin menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan menghasilkan para pembelajar.

"Pembelajar itu merupakan orang yang mengalami dan bukan sekadar menjalani. Pembelajar itu selalu belajar dari pengalaman, tidak terpaku pada program, dan berpikir kreatif, karena itu pendidikan harus mengarah ke sana," katanya.
.
.
.
.
Sumber: Kompas

Saturday, November 22, 2014

Tiga Hal Keunggulan Madrasah dari Sekolah Umum

Kementerian Agama menyatakan, Madrasah bukan lagi sekolah alternatif bagi sekolah umum. Indikasi kelulusan, animo masyarakat dan banyaknya prestasi yang sudah diraih membuat masyarakat mampu bersaing dengan sekolah umum.

Kemenag menyebut ada tiga standar ukuran yang menunjukkan kemajuan madrasah dibanding sekolah umum. “Indikasi kelulusan, animo pendaftaran dan prestasi dalam berbagai kompetisi,” ujar Direktur Jendral Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin kepada Republika, Selasa (18/11).

Kamarul mengatakan, jumlah kelulusan sekolah Madrasah sangat baik di banding sekolah umum. Dia menyebut, indikasi kelulusan ujian nasional Madrasah tidak kalah dengan sekolah umum di tingkat nasional. 

“Bahkan pada tahun 2013 dan 2014, di tingkat sekolah menengah, jumlah kelulusan MTS (Madrasah Tsanawiyah) secara nasional lebih bagus lebih bagus dari pada SMP (Sekolah Menengah Pertama). Memang MA sedikit di bawah SMA, kelulusannya,” ujar dia.

Di samping itu, animo masyarakat untuk mendaftarakan anaknya di madrasah juga sangat banyak. Sehingga berbagai madrasah negeri, kewalahan menolak calon siswa yang tidak lolos ujian masuk sekolah. “Madrasah negeri khususnya hanya menerima 20 sampai 30 persen dari pendaftarnya. Jadi di seluruh Indonesia, MAN, MTs Negeri dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri menolak rata-rata 80 persen dari pendaftar,” kata dia.

Selain itu, dari segi prestasi, Madrasah memiliki pencapaian yang cukup cemerlang. Madrasah menunjukkan kualitasnnya dalam meraih juara di berbagai kompetisi baik ditingkat nasional ataupun internasional.

“Madrasah memiliki prestasi baik di tingkat nasional hingga internasional. Misalnya, madrasah bisa jadi pemenang olimpiade kimia, fisika,  matematika dan seterusnya. Itu banyak sekali pemenang dari madrasah kita. Khususnya dari MAN Insan Cendekia,” ujar dia.

Saat ini MAN Insan Cendekia berjumlah 20 sekolah di seluruh Indonesia. Kamarun mengatakan bahwa Kemenag akan terus menambah jumlah MAN Insan Cendekia. “Kita targetkan di setiap provinsi ada satu Man Insan Cendekia,” pungkas dia.
.
.
.
.
Sumber: ROL

Menristek Dikti Ubah Kopertis untuk Layani PTN-PTS

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, akan mengubah Koordinator Perguruan Tinggi Swasta menjadi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi untuk melayani perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.

"Saya akan ubah Kopertis pada 2015 agar menjadi lembaga yang melakukan pelayanan tanpa membedakan perguruan tinggi negeri atau swasta, dan waktu pelayanan juga mulai dari Senin hingga Jumat," katanya di Surabaya, Sabtu (22/11).

Di hadapan peserta Dies Natalis ke-37 dan wisuda 670 mahasiswa Universitas Sunan Giri (Unsuri) di Islamic Centre Surabaya, ia menjelaskan restrukturisasi Kopertis itu juga akan memungkinkan Kopertis yang semula hanya bersifat koordinatif akan bisa melakukan eksekusi.

"Lembaga itu juga akan mendorong adanya pembinaan PT besar kepada PT kecil, sehingga semua PT akan berkembang. Pembinaan akan dibiayai dengan dana negara," katanya didampingi Ketua Yayasan Unsuri Musyaffak Rouf dan Rektor Unsuri Prof Dr Soenarjo.

Nasir menegaskan bahwa pemerintah adalah pelayan, karena itu pihaknya akan memberi pelayanan yang sama, baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS), karena sama-sama anak bangsa.

"PTN/PTS adalah tulang punggung kemajuan bangsa dalam MEA 2015, karena itu negara akan melayani semuanya sesuai kemampuan, baik fasilitas maupun beasiswa. Silakan mengajukan untuk beasiswa S2 dan S3, kita ada dana besar untuk beasiswa di luar dan di dalam negeri," katanya.

Dalam acara yang juga dihadiri ribuan wali mahasiswa, Ketua DPRD Jatim Abdul Halim Iskandar, Sekretaris PWNU Jatim Dr Akhmad Muzakki dan perwakilan dari Dinas Pendidikan Jatim, ia mengatakan tantangan berat pada 2015 adalah sumberdaya manusia.

"Karena itu, wisudawan harus meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi persaingan global mulai tahun 2015 itu. Bagi wisudawan, hari ini bukan akhir tapi awal dari tantangan baru. Saya berharap Unsuri bisa menjadi 'leader' di lingkungan perguruan tinggi dalam naungan NU," katanya.

Namun, ia mengaku miris masih banyak PT milik NU yang sampai kini masih belum berkembang. Banyak kampus NU yang masih terakreditasi B. "Karena itu, mari berlari dengan cepat agar perguruan tinggi NU ke depan lebih maju," katanya.

Secara terpisah, Ketua Yayasan Unsuri Musyaffak Rouf mengatakan Unsuri siap mengawal pemisahan pendidikan tinggi (dikti) dengan pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen) dalam Kabinet Kerja saat ini.

"Bahkan, Unsuri akan mengusulkan penyesuaian UU Sisdiknas dengan perubahan mendasar terkait pemisahan itu. Selain itu, kita juga mendukung kalau Menristek-Dikti tidak membedakan PTN/PTS, karena PTN dan PTS sama-sama berjuang untuk bangsa ini, bahkan anak-anak orang miskin banyak memilih PTS," kata Musyaffak.
.
.
.
.
Sumber: ROL

Menabung Sampah Untuk Pendidikan Dini

Setiap pagi, puluhan anak-anak mendatangi sebuah PAUD di Kp Batukasur Rt 01/10, Desa Panundaan, kecamatan Ciwideuy. Tampak ada sesuatu yang berbeda dari anak-anak yang juga ditemani oleh orang tua mereka. Tidak hanya menjinjing tas yang berisikan buku dan alat tulis, tapi juga mereka menenteng botol-botol plastik bekas kedalam PAUD tersebut.

Penasaran dengan tingkah anak-anak itu, Republika mencoba mendatangi PAUD yang sudah berdiri sejak 2010 tersebut. Ketika menyaksikan lebih jelas ke dalam PAUD, ternyata anak-anak tersebut sedang menyetorkan botol-botol bekas itu kepada Guru mereka.

Satu persatu murid-murid tersebut memberikan botol-botol baik yang berukuran kecil maupun besar. Botol-botol terebut kemudian diberikan nama-nama murid dengan sebuah spidol berwarna hitam, untuk yang memberikan sampah anorganik tersebut. Ternyata, sampah-sampah tersebut dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak murid maupun sekolah, terutama bagi anak-anak kurang mampu.

"Intinya untuk pemanfaatan barang bekas, selain untuk kerajinan bisa juga untuk bakti sosial seperti anak kurang mampu, sehingga tidak pakai uang bayarnya. Selain itu juga untuk keperluan sekolah" kata Elis, Guru sekaligus Pembina PAUD Melati kepada Republika, Kecamatan Ciwideuy, Kabupaten Bandung, Kamis (20/11).

Elis mengatakan, ide tersebut berawal saat dirinya sedang meminta sumbangan kepada orang tua murid maupun donator, mengingat banyak murid yang tidak mampu di PAUD tersebut. Karena sebelumnya apabila ada anak yang kurang mampu dan tidak bisa bayar sekolah, Elis keliling kampung mendatangi warga yang dianggap mampu, namun hal tersebut dirasa Elis terlihat seperti mengemis.

Itupun, kata Elis, tidak semua orang yang diminta sumbangan memberikan bantuan. Justru malah banyak juga yang tidak bayar.Sehingga membuat Elis untuk mencari alternative pembiayaan lain. Kebetulan pada saat meminta sumbangan, ada orang yang memang mengelola bank sampah menawarkan kerjasama. Jadi orang tua murid yang mengumpulkan sampahnya, pihak sekolah hanya tinggal menerima uang saja. ‘’Gimana bu kalau ada program tabungan sampah. Disosialisasikan ke orang tua murid, dan responnya alhamdulilah bagus,’’ jelas Elis. (ROL)

Thursday, November 13, 2014

Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Harus Menyenangkan

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan mengatakan bahwa penerapan pengajaran pendidikan sekolah di Indonesia haruslah menyenangkan. "Jika belajar itu menyenangkan maka ilmu itu akan mudah diserap," kata Anies Baswedan di Jakarta, Kamis (13/11).

Ia menjelaskan hal tersebut bukan pada perubahan kurikulum tetapi situasi pengajaran di kelas yang perlu disesuaikan.
Menurutnya pendidikan yang bisa berlangsung dua arah antara pengajar dan pendidik di dalam kelas, membuat komunikasi guru-murid menjadi lebih baik.

"Kalau sistem pengajaran dalam kelas itu pintarnya guru dan murid berdiskusi saja, jangan didikte terus," ujar Anies. Ia mencontohkan pendidikan juga bisa didapat dari film, karena menurutnya anak-anak menyukai cerita.

Anies menjelaskan kurikulum belum akan diubah-ubah dalam waktu dekat, hanya cara pengajaran yang perlu diperbaiki. "Nanti akan ada sosialisasi kepada guru-guru untuk menerapkan inovasi cara-cara pengajaran yang lebih membekas pada anak-anak," kata Anies.

Sebelum, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan juga mengajak semua orang untuk mendatangi para guru mereka pada peringatan Hari Guru 25 November. Ia mengatakan, untuk membawa pendidikan sebagai sebuah gerakan bersama akan mulai dilakukan pada peringatan Hari Guru.

Pada Hari Guru, Anies mengajak semua pihak untuk mengunjungi guru yang pernah mengajari masing-masing orang. Ia mengungkapkan rencana itu pada acara internal di kementeriannya. "Kapan terakhir kali kita mengunjungi guru SD, lama sekali mungkin. Penghormatan pada guru harus mulai kita lakukan saat ini," ucapnya.

Anies juga mencontohkan hal tersebut dengan mendatangi guru SD dan SMP yang pernah mengajarnya, pekan lalu di Yogyakarta. Ia mendatangi SD Percobaan 2 dan SMP Negeri 5 Yogyakarta untuk menemui guru dan mengucapkan terima kasih kepada mereka. (ROL)

Tuesday, November 11, 2014

Bahasa Indonesia Siap Jadi Bahasa Resmi ASEAN

Menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, Bahasa Indonesia diyakini sangat berpeluang menjadi bahasa resmi ASEAN. Seperti halnya Bahasa kata Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Muhadjir Effendy, menjadi bahasa resmi Uni Eropa.    

Muhadjir menuturkan, saat ini ASEAN dihuni sekitar 626 juta jiwa, yang 150 juta jiwa di antaranya adalah masyarakat Indonesia. Kondisi ini menandakan bahwa pengguna Bahasa Indonesia  menjadi yang terbanyak dibandingkan negara lainnya di ASEAN. Dengan pertimbangan tersebut, bagi Muhadjir, MEA akan sulit berjalan dengan baik jika tidak ada kesepakan tentang bahasa bersama yang akan digunakan.

Dalam konteks ini, menurutnya, yang paling berpeluang menjadi bahasa resmi ASEAN yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu, karena kedua bahasa ini memiliki jumlah penutur terbanyak. “Karena itu UMM sangat mendorong internasionalisasi bahasa Indonesia, di antaranya melalui kebijakan mewajibkan setiap mahasiswa asing yang kuliah di UMM agar bisa berbahasa Indonesia dengan mahir,” terang Muhadjir pada pembukaan Seminar Internasional Politik Bahasa Indonesia yang diadakan oleh Lembaga Kebudayaan (LK) UMM di ruang teater UMM Dome, Selasa (4/11). Kegiatan berakhir Rabu (5/11) ditutup dengan penandatanangan dan deklarasi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional dan rekomendasi sebagai bahasa resmi ASEAN di era MEA.    

Kebijakan ini berimplikasi pada terbentuknya kelas-kelas internasional di UMM yang tidak menggunakan bahasa Inggris, tapi justru berbahasa Indonesia. “Jadi di UMM itu yang namanya kelas internasional yaitu kelas berbahasa Indonesia yang diikuti mahasiswa asing dari berbagai negara. Nah, tanggung jawab kita adalah bagaimana membuat mahasiswa asing yang kuliah di sini bisa fasih berbahasa Indonesia,” ungkapnya.

Muhajdir menambahkan, yang disebut internasional bukan soal bahasanya, tapi apakah kualitasnya diakui dunia atau tidak. Ia mencontohkan penyebutan jurnal internasional yang lebih merujuk pada jurnal yang meraih akreditasi internasional, bukan justru jurnal berbahasa Inggris. “Tidak semua jurnal berbahasa Inggris diakui internasional, sebaliknya, banyak jurnal berakreditasi internasional yang tidak menggunakan bahasa Inggris. Karena itu bisa saja jurnal berbahasa Indonesia disebut jurnal internasional, selama kualitasnya diakui dunia,” papar Muhadjir dalam siaran persnya, Kamis (6/11). (ROL)

Rohis Berkontribusi Ciptakan Iklim Keagamaan yang Damai di Sekolah

Butuh pendampingan dan pengawalan yang menyeluruh dalam meredam beragam hal yang dianggap permasalahan pada tingkah pelajar remaja.

Bukan hanya masalah kenakalan seperti tawuran, bully, narkoba atau pergaulan bebas, tapi remaja pun menghadapi serangan masuknya paham intoleransi ke dalam pemikiran mereka yang diduga menyusup lewat organisasi keislaman remaja di sekolah semisal Rohis.

Makanya, keberadaannya harus dikawal, didampingi, agar peran Rohis optimal dalam menciptakan iklim keagamaan yang damai di sekolahnya masing-masing. 

"Jangan sampai ada kesan ekslusif antara anggota rohis dengan yang non anggota," kata Direktur Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Amin Hedari, Selasa (11/11). 

Rohis, kata Amin, tidak boleh kaku dan justru harus dapat berbaur dengan warga sekolah lainnya. Disebutkannya, berdasarkan data yang dicatat Kemenag, terdapat lebih dari 10 juta siswa yang tersebar di 10.765 SMA dan 7563 SMK se-Indonesia. 

Jumlah yang besar terasebut dapat menjadi potensi maupun bumerang, jika tak pandai memilihkan jenis pendampingan yang tepat. Sebab, merekalah yang nantinya akan menjadi para pemimpin Indonesia di masa depan. 

Pendampingan oleh pemerintah khususnya Kemenag akan dimulai dengan menyelenggarakan kegiatan Perkemahan Rohis Nasional di Cibubur yang melibatkan sekitar dua ribu peserta. Selain diberi materi tentang keislaman Indonesia yang damai, siswa juga dibimbing agar memiliki jiwa kepemimpinan.

Dengan begitu, ia berharap kasus kenakalan remaja dapat diredam, sekaligus melahirkan remaja-remaja bijak yang bersemangat berbagi kebaikan. 

Di samping itu, dengan mengumpulkan anak-anak pengurus rohis dari berbagai daerah di Indonesia, akan terjadi proses pembauran di antara mereka, sehingga remaja dapat menjalin persahabatan di tengah keberagaman.

Amin menekankan, kegiatan tersebut akan menjadi agenda nasional yang akan ditindaklanjuti dengan beragam pelatihan rutin untuk guru agama ataupun dukungam penyelenggaraan kegiatan keislaman siswa di ranah non formal. (ROL)